Libur Isra Miraj-Imlek, Airline Ajukan 19 Extra Flight


BALI, bisniswisata.co.id: Periode libur 8 – 11 Februari 2024 (Isra Miraj-Imlek), Angkasa Pura I Ngurah Rai menerima pengajuan penambahan penerbangan (extra flight), 18 flight keberangkatan dan 19 flight kedatangan untuk rute domestik Jakarta, Makassar, Surabaya, Lombok, Banjarmasin, Yogyakarta, Solo dan Tambolaka. Diajukan operator penerbangan Garuda Indonesia, Citilink, Lion Air, Super Air Jet, Indonesia Air Asia dan Nam Air.

“Pengajuan penerbangan tambahan tersebut turut menjadi perhatian kami dengan lebih intensif memastikan operasional dapat berjalan baik, dari sisi pengaturan slot penerbangan, keamanan, keselamatan, maupun kenyamanan para penumpang,” jelas Handy Heryudhitiawan, General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali.

Jumlah penumpang pada masa libur panjang Isra Mikraj hingga Tahun Baru Imlek pada tanggal 8 – 11 Februari 2024 di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali diprediksi mencapai 241.133 penumpang —rerata 60 ribu penumpang per hari—. Angka tersebut diyakini lebih tinggi 4 persen dibanding pergerakan penumpang pada pekan pertama Februari yakni rata-rata 57.853 penumpang per hari.

Prediksi tersebut sesuai dengan karakteristik penumpang yang bepergian ke Bali untuk berlibur dan diperkirakan akan memanfaatkan hari libur nasional dan cuti bersama tersebut.

Handy melanjutkan prediksi puncak kedatangan penumpang diperkirakan terjadi pada hari Jumat, 9 Februari 2024 dengan jumlah penumpang domestik sekitar 13.187 dan internasional sekitar 16.589 penumpang.

Sementara itu, puncak keberangkatan setelah momen libur panjang selesai diperkirakan terjadi pada tanggal 11 Februari 2024 dengan perkiraan 16.244 penumpang domestik serta 19.380 penumpang internasional.

Imlek dan Hongkong van Borneo

Di momen perayaan Tahun Baru Imlek, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai – Bali turut meningkatkan customer experience, melalui thematic event penumpang yang akan dihibur dengan pertunjukan barongsai dan berbagai permainan seru serta hiasan ornamen imlek yang telah dipasang di berbagai titik di bandara.

Berbicara tentang Imlek, perayaan ini identik dengan kota Singkawang, Kalimantan Barat. Dari Bali belum ada penerbangan langsung Singkawang, berita terakhir bandara Singkawang yang terletak di Kelurahan Pangmilang, Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat akan beroperasi April 2024. Namun wisatawan dapat mengunjungi Singkawang melalui bandara Supadio, Pontianak dengan pilihan penerbangan Lion Group, Garuda atau Citilink.

Dikutip dari situs Badan Penanaman Modal Singkawang, pendirian Kota Singkawang berasal dari keberadaan orang-orang Tionghoa di masa lalu. Menurut keyakinan orang-orang Tionghoa dari suku Hakka, nama Singkawang berasal dari kata “San Kew Jong” yang artinya kota yang terletak di antara laut, muara, gunung dan sungai. Kota ini berbatasan dengan Laut Natuna pada bagian barat dan berbatasan dengan Gunung Roban, Pasi, Raya, Gunung Poteng dan Sakok. Singkawang pun dikenal dengan banyak sebutan mulai dari Kota Amoi, Kota Seribu Kelenteng, hingga Hongkong van Borneo.

Penduduknya mayoritas Tionghoa, Dayak, dan Melayu, sehingga sering disingkat menjadi Tidayu, hidup berdampingan dengan rukun dan damai.  Kota Singkawang pun dinobatkan sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia Tahun 2018 oleh Setara Institute.

Salah satu wujud tingginya tingkat toleransi beragama di Kota Singkawang adalah keberadaan Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang dikenal dengan sebutan Pekong Toa yang konon telah berusia 200 tahun. Berseberangan dengan Mesjid Raya, mesjid terbesar yang berdiri tahun 1885 di Kota Amoy.

Dan Walikota Singkawang, Tjhai Chui Mie,  adalah Kepala Daerah Perempuan dari etnis Tionghoa pertama di Indonesia. Selain menerima kembali penghargaan Singkawang sebagai Kota Tertoleran di tahun 2020.  Singkawang  menerima Anugrah Kebudayaan PWI pada puncak Peringatan Hari Pers Nasional pada tanggal 9 Februari 2021 lalu.  Berbagai tradisi tahunan khas Tionghoa pun diselenggarakan, seperti Cap Gomeh, Imlek, dan Ceng Beng, bahkan Pawai Tatung.

Nah, pawai Tatung, salah satu pawai yang menarik minat wisatawan berkunjung pada periode Imlek ke Singkawang. Pawai diselenggrarakan saat perayaan Cap Gomeh —15 hari setelah peringatan Imlek–  merupakan pawai terbesar di dunia.  Pawai, menampilkan perpaduan budaya Tionghoa dan Dayak, sehingga Singkawang dapat menjadi miniatur Indonesia.

Gastronomi Imlek Singkawang

Menyelami budaya Imlek di Singkawang tidak lengkap jika tidak mencoba makanan khas Imlek. Menurut Ketik.com Singkawang ada lima hidangan khas Singkawang saat merayakan Imlek yaitu:

Hekeng, mirip dengan rolade atau ngohiong setelah digoreng, olahan hasil perpaduan antara budaya nusantara dan Tionghoa. Hidangan ini terbuat dari daging udang dan babi yang telah digiling hingga halus.  Untuk versi halalnya terdapat juga yang terbuat dari daging ayam dan campuran udang. Hekeng biasanya disajikan dengan saus bercita rasa asam.

Choi Pan  bahasa Hakka, choi pan berarti kue berisi sayuran dengan arti kata sayur (choi) dan kue (pan). Choi pan disebut juga chai kue yang menurut bahasa Tiochiu artinya kurang lebih sama.

Kulit choi pan dibuat dari tepung beras dengan campuran tepung tapioka. Isian choi pan,  berupa bengkuang, rebung, kucai, talas, dan sebagainya yang dilengkapi dengan ebi. Sebagai pelengkap, choi pan dinikmati dengan taburan bawang putih goreng dan saus cabe spesial.

Chiang Mie  atau mie panjang umur merupakan sajian khas Singkawang yang selalu ada saat perayaan tahun baru imlek. Chiang mie ini merupakan mie goreng yang dimasak dengan dicampur beberapa sayuran, seperti sawi, buncis, kol, taoge, dan wortel.  Tidak lupa juga bumbu tambahan lainnya seperti saus tiram, merica dan kecap ikan. Sebagai tambahan hidangan ini enak juga dengan ditambah bakso atau daging.

Menyambut imlek, masyarakat Singkawang biasanya juga menyajikan sup bebek. Hidangan ini terbuat dari daging bebek yang dimasak dengan bumbu kuah dipadukan dengan tambahan buah plum yang membuat rasanya sangat unik. Hidangan ini memiliki perpaduan rasa gurih, asam dan manis.

Dan dilengkapi  Lempok Durian, hidangan manis mirip dodol, sesuai dengan namanya hidangan ini terbuat dari buah durian yang masak dengan gula dan garam. Rasanya yang manis dan legit membuat lempok durian disukai oleh masyarakat Singkawang.

Hidangan manis ini juga memiliki filosofi harapan akan mulut yang selalu berkata manis/baik, dan teksturnya yang lengket bermakna menambah keakraban dan persaudaraan keluarga.



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »