Serikat Petani Indonesia Minta Semua Pihak Perkuat Data BPS


KETUA Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih mendukung data produksi beras yang selama ini dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS).

Menurut Henry, sesuai arahan Presiden Jokowi mengenai satu data harus mengacu pada data BPS sebagai lembaga resmi negara yang memiliki otoritas penuh terhadap penelitian dan pengolahan data secara faktual dan terpercaya melalui metodelogi Kerangka Sempel Area atau KSA.

“Soal data beras termasuk luas lahan sawah kita harus mengacu pada BPS. Luas lahan sawah misalnya ditetapkan presiden melalui kepres satu data luas lahan baku sawah 7,4 juta ha juga datanya BPS. Hal ini ditetapkan supaya jangan ada multi data. Jadi sebaiknya mari kita dukung penuh dan perkuat data BPS sehingga data BPS akurat,” ujar Henry, Selasa (12/3), 

Baca juga: Ketidaksesuaian Harga Sebabkan Bulog Kesulitan Serap Gabah secara Maksimal

Di sisi lain, Henry mendukung penguatan data yang dimiliki Kementerian Pertanian (Kementan) mengenai metode standing crop atau citra satelit, laporan dari dinas dan pemda seluruh Indonesia serta melakukan pengecekan validasi di semua wilayah sentra.

Hal ini yang juga dilakukan SPI dalam mengambil sempel data melalui pengamatan di lapangan dari berbagai wilayah. 

Baca juga: Kementan Siapkan Magang Petani Milenial, Pacu Regenerasi Petani di Kalsel

“Kan kita tidak punya kemampuan untuk melakukan penelitian atau perangkat lain untuk melakukan pendataan seluruh Indonesia. Yang bisa kita lakukan adalah pengamatan lapangan yang terbatas,” ucap Henry. 

Dukung Data yang Dikeluarkan BPS

“Karena itu kita mendukung metode yang dilakukan Kementan, maupun kementrian lain untuk mendukung data yang dikeluarkan BPS,” katanya.

Henry menambahkan,  seperti halnya yang dilakukan Kementan melalui Agriculture War Room (AWR). Fungsi kontrol diperlukan untuk mengukur secara teknis kapan dilakukan panen serta memperkuat validasi data BPS.

Baca juga: Nilai Tukar Petani di Februari Naik Jadi 110,53

“Menurut saya di Tiap-tiap kementerian itu punya semacam penyeimbang atau kontrol data seperti AWR di Kementan. Misalnya begini, untuk melihat produktivitas padi kita bisa cek dengan angka ekspor maupun impor hasil olahan data BPS. Kalau misalnya dari data BPS impor kita itu tidak banyak kita perlu telusuri. Katakanlah pupuk yang kita distribusikan berapa sebagai penguat produktivitas,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, produksi padi nasional tahun 2022 mencapai 54,75 juta ton GKG atau mengalami kenaikan sebanyak 333,68 ribu ton atau 0,61 persen apabila dibandingkan produksi 2021 yang hanya 54,42 juta ton GKG.

Sedangkan luas panen pada 2022 mencapai 10,45 juta hektare mengalami kenaikan sebanyak 40,87 ribu hektare atau naik 0,39 persen apabila dibandingkan dengan luas panen 2021 sebesar 10,41 juta hektare. (RO/S-4)





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »