Inflasi Tinggi, Bank Mandiri Optimistis Ekonomi Kuartal III 5,44 Persen Lebih


TEMPO.CO, Jakarta – PT Bank Mandiri (Persero) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III – 2022 akan melampaui pertumbuhan ekonomi kuartal II – 2022. Ini meskipun realisasi inflasi pada September 2022 tembus 5,95 persen secara tahunan atau year on year.

Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, berdasarkan hasil riset tim ekonom Bank Mandiri, indikator awal ekonomi domestik di sepanjang kuartal III, seperti Retail Sales Index, Purchasing Manager Index serta Mandiri Spending Index (MSI) masih menunjukkan kinerja yang positif. 

“Dengan kondisi tersebut, kami masih meyakini bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2022 ini akan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di kuartal sebelumnya,” ujarnya dalam sambutan Mandiri Economic Outlook kuartal III 2022 di Jakarta, Selasa, 4 Oktober 2022. 

Kinerja perekonomian hingga kuartal II 2022 yang tumbuh 5,44 persen kata Panji banyak ditopang pulihnya tingkat konsumsi masyarakat dan dibarengi kinerja ekspor yang masih tumbuh. Tercatat, selama periode Januari – Agustus 2022, neraca perdaganan mencatat surplus sebesar US$ 34,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2021 sebesar US$ 20,7 miliar. 

Pertumbuhan positif ini ,menurut Panji, tidak terlepas dari penanganan pemerintah dalam mengendalikan pandemi Covid-19 dan akselerasi vaksinasi yang mampu melonggarkan mobilitas masyarakat. “Jika tanpa pelonggaran mobilitas seperti kondisi pre-pandemi, sangat sulit kinerja perekonomian sepanjang semester I 2022 dapat kita capai,” ujar Panji. 

Meski demikian, memasuki kuartal III 2022 tantangan perekonomian domestik menurutnya masih besar. Antara lain dipicu gejolak ekonomi dan geo-politik dunia yang berdampak pada ekspektasi stagflasi kepada negara-negara maju. 

Kondisi ini pun membuat beberapa negara maju seperti Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan kontraktif dengan mendorong penguatan Dollar AS terhadap nilai tukar negara di Dunia. “Namun yang menarik, pelemahan nilai tukar terdalam justru dihadapi oleh currency negara-negara maju dibandingkan negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Panji. 

Panji berujar, tekanan itu tercermin dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang telah mengumumkan inflasi September 2022 sebesar 1,17 persem secara month on month (mom) atau sebesar 5,95 persen secara yoy. Faktornya adalah, kenaikan harga energi. Hal ini juga yang menjadi alasan Pemerintah mengurangi subsidi BBM untuk mengurangi tekanan pada APBN. 

Meski begitu, Panji menambahkan ada indikator positif yang bisa dipetik dari angka inflasi tersebut. Pertama, inflasi year to date (ytd) relatif rendah, yaitu 4,84 persen. Dengan asumsi tekanan inflasi Oktober hingga Desember melandai, maka inflasi akhir 2022 menurutnta masih akan sesuai dengan prediksi Tim Ekonom Bank Mandiri yakni di kisaran 6,27 persen. 

“Perlu diingat, kebijakan Pemerintah dan BI telah responsif bahkan sebelum kenaikan harga BBM terjadi. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai subsidi dan bantuan untuk menopang pendapatan masyarakat. Di sisi lain, BI merespon kebijakan pre-emptive dengan menaikkan suku bunga acuan dengan total 75 basis poin dalam dua bulan terakhir,” papar Panji.  

Melihat respons kebijakan ini, Tim Ekonom Bank Mandiri kata Panji optimis ekonomi Indonesia akan relatif stabil sampai akhir tahun. Apalagi, Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan di beberapa sektor seperti telekomunikasi, jasa kesehatan dan sektor terkait program hilirisasi. 

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini





Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Translate »