PASANGAN Bonaventura Zita Enny Wati, 54, dan Lugi Riyandi, 50, memilih keluar dari pekerjaan demi bisa menolong sesama. Enny yang memiliki latar belakang sebagai lulusan arsitek dan Lugi mantan atlet taekwondo melepas pekerjaan mereka sejak 2011.
“Karena di keluarga kami, suami saya sebagai pendoanya, jadi suami saya yang mendapat panggilan itu dan saya sepakat,” kata Enny saat hadir bersama suaminya, Lugi, di acara Kick Andy episode Panggilan Hati yang tayang malam ini.
“Dalam doa pagi kemudian saya dapat impresi Tuhan berbicara. Kemudian ada tertulis di Matius 25, intinya kalau kamu melayani orang yang lapar, yang telanjang, yang dalam penjara, kamu itu seperti melayani Aku. Dari situ saya mendapatkan impresi, wah ini kami mendapatkan seperti arah tujuan hidup bahwa harus memperhatikan orang-orang yang kesulitan,” kata Lugi.
Ketika panggilan tersebut datang ke suaminya, Enny langsung menyepakatinya karena sejak awal menikah sudah berkomitmen menyerahkan hidup di jalan Tuhan. Enny mengatakan langkah pertama mulai untuk membantu dengan kegiatan pengobatan gratis, membagikan sembako, hingga donor darah. “Kalau ada sesama yang mengalami kesulitan, dengan apa pun yang bisa kami lakukan akan kami lakukan,” tuturnya.
Di tengah kegiatan sosial yang mereka lakukan, pada 2015 tetangga mereka yang merupakan orangtua tunggal dan memiliki keterbatasan ekonomi melahirkan bayi secara prematur. Kemudian Lugi dan Enny berinisiatif untuk mencari inkubator. Namun, nasib berkata lain, mereka tidak berhasil mendapatkannya dan sang bayi pun tak terselamatkan. Hal itu pun menggerakkan mereka untuk menjadi agen relawan inkubator dan membantu bayi prematur yang terlahir dari keluarga tidak mampu dengan peminjaman inkubator gratis.
Berkat dorongan dari teman-teman dan komunitas, mereka pun membuat Yayasan Roda Harapan Indonesia pada 2019. Mereka meminjamkan inkubator secara gratis di wilayah Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Selain inkubator, juga ada fototerapi dan kursi roda yang dipinjamkan secara gratis. Sampai saat ini, perkiraan bayi prematur yang pernah dibantu pasutri ini ada 400-an bayi dan 168 kursi roda yang mereka pinjamkan.
“Kami menjadi agen relawan inkubator gratis di bawah Prof Aldi. Setelah beberapa tahun berlalu, semua rumah sakit di sekitar Jonggol, mereka tahu bahwa di Jonggol ada agen relawan inkubator gratis, jadi mereka langsung memberikan nomor kami,” ujar Enny.
Hidup dengan memikirkan kehidupan orang lain dalam hal kebaikan menjadikan Enny dan Lugi merasa lebih tenang. Selain mendapatkan respons baik dari keluarga dan komunitas, Enny dan Lugi sangat senang ketika aksi berbuat baik itu dapat menular ke orang lain. (*/M-1)
Recent Comments